Prevalensi Stunting Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2019 - 2022

Oleh Admin

Stunting merupakan salah satu masalah gizi kronis yang berdampak luas terhadap perkembangan fisik, kognitif, dan kapasitas produktivitas generasi masa depan. Di Indonesia, upaya penurunan stunting menjadi prioritas nasional melalui intervensi gizi spesifik dan sensitif. Kabupaten Polewali Mandar, sebagai salah satu daerah di Sulawesi Barat, menghadapi tantangan tersendiri terkait prevalensi stunting. Esai ini menguraikan gambaran prevalensi stunting di Kabupaten Polewali Mandar pada periode 2024–2025, faktor penentu yang memengaruhi, upaya penanggulangan yang telah dan sedang dijalankan, serta rekomendasi strategis untuk percepatan penurunan stunting.

Gambaran Prevalensi 2024–2025

Data prevalensi stunting seringkali bersumber dari survei kesehatan nasional, survei daerah, dan pencatatan rutin seperti pemantauan pertumbuhan balita. Pada tahun 2024, Kabupaten Polewali Mandar melaporkan angka stunting yang masih berada di atas ambang target nasional pada beberapa kecamatan, meskipun terdapat penurunan relatif dibandingkan periode sebelumnya berkat intervensi program gizi. Periode 2024–2025 menunjukkan tren fluktuatif: beberapa desa berhasil menekan angka stunting melalui program terintegrasi, sedangkan wilayah lain masih menghadapi prevalensi yang tinggi karena keterbatasan akses layanan kesehatan dan determinan sosial ekonomi.

Secara ringkas:

  • 2024: Angka prevalensi menurun dibandingkan baseline beberapa tahun sebelumnya, namun masih belum merata antar kecamatan.
  • 2025 (awal): Beberapa indikator program menunjukkan perbaikan (misalnya cakupan imunisasi, penimbangan balita, dan pemberian makanan tambahan), tetapi dampak pada penurunan stunting memerlukan waktu lebih panjang untuk terukur secara signifikan.

Faktor-Faktor Penentu

Kondisi stunting di Polewali Mandar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait, antara lain:

  • Determinan gizi primer: Asupan energi dan zat gizi mikro yang kurang pada ibu hamil dan balita, praktik pemberian makanan pendamping ASI yang belum optimal.
  • Kesehatan ibu: Status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan, angka anemia pada ibu hamil, dan layanan kesehatan maternal yang belum sepenuhnya merata.
  • Layanan kesehatan dan sanitasi: Akses ke posyandu, puskesmas, serta fasilitas sanitasi dasar (air bersih, jamban) yang belum merata di seluruh wilayah.
  • Status sosial-ekonomi: Kemiskinan, pengangguran, dan pendidikan orang tua—khususnya pendidikan ibu—berperan signifikan dalam ketersediaan dan pemanfaatan pangan bergizi.
  • Budaya dan pengetahuan gizi: Praktik pemberian makan, kepercayaan tradisional, dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya gizi dan kebersihan.
  • Konteks lingkungan: Kerentanan terhadap bencana, infrastruktur transportasi, dan ketersediaan pangan lokal yang beragam sepanjang tahun.

Upaya dan Intervensi yang Dilakukan

Pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar bersama sektor kesehatan dan lintas sektor telah melaksanakan berbagai intervensi untuk menurunkan prevalensi stunting, antara lain:

  • Program gizi spesifik: Pemberian suplemen mikronutrien, pemantauan tumbuh kembang balita di posyandu, dan pelayanan gizi maternal di fasilitas kesehatan.
  • Intervensi sensitif gizi: Program peningkatan ketahanan pangan rumah tangga, penyuluhan pola asuh, program air bersih dan sanitasi, serta program penguatan ekonomi keluarga.
  • Peningkatan kapasitas layanan: Pelatihan kader posyandu, peningkatan kualitas layanan puskesmas, serta penguatan sistem rujukan untuk kasus gizi buruk dan stunting berat. slot88
  • Koordinasi lintas sektor: Pembentukan atau penguatan tim percepatan penurunan stunting di tingkat kabupaten dan kecamatan yang melibatkan Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Pertanian, serta lembaga pendidikan dan agama.
  • Kegiatan advokasi dan komunikasi: Kampanye perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), edukasi gizi bagi ibu hamil dan orang tua balita, serta sosialisasi program-program pemerintah terkait stunting.

Tantangan Pelaksanaan

Meskipun terdapat berbagai intervensi, tantangan masih menghambat percepatan penurunan stunting di Polewali Mandar:

  • Distribusi sumber daya yang tidak merata: Keterbatasan tenaga kesehatan dan infrastruktur di wilayah terpencil.
  • Keterbatasan anggaran dan kesinambungan program: Program bantuan bergantung pada alokasi anggaran yang fluktuatif, sehingga kontinuitas intervensi kadang terpengaruh.
  • Ketidakmerataan cakupan layanan: Beberapa kelompok populasi rentan sulit dijangkau karena faktor geografis atau sosial.
  • Perubahan perilaku yang lambat: Penguatan perilaku pemberian makan dan sanitasi memerlukan waktu panjang serta pendekatan budaya yang sensitif.

Rekomendasi Strategis

Untuk mempercepat penurunan prevalensi stunting di Kabupaten Polewali Mandar selama 2024–2025 dan seterusnya, direkomendasikan langkah-langkah berikut:

  1. Penguatan intervensi berbasis bukti di daerah prioritas: Fokus pada desa/kelurahan dengan prevalensi tinggi melalui paket intervensi lengkap (gizi spesifik + sensitif).
  2. Perluasan akses layanan di wilayah terpencil: Memperkuat posyandu, layanan mobile clinic, dan program jangkauan keluarga pra-sejahtera.
  3. Peningkatan kapasitas dan insentif kader kesehatan: Pelatihan lanjutan, dukungan logistik, dan mekanisme penghargaan untuk meningkatkan kinerja kader.
  4. Sinergi lintas sektor yang terencana dan terukur: Mengintegrasikan program kesehatan, sanitasi, pendidikan, dan pertanian dalam perencanaan anggaran daerah.
  5. Pemanfaatan data dan sistem pemantauan rutin: Memperbaiki kualitas data, melakukan monitoring berkala, dan memanfaatkan data untuk pengambilan keputusan berbasis bukti. OK2
  6. Pendekatan komunitas dan budaya: Mengembangkan intervensi yang sensitif budaya dan melibatkan tokoh masyarakat untuk mempercepat perubahan perilaku.
  7. Sustainable financing: Mengupayakan sumber pembiayaan berkelanjutan melalui APBD, dana desa, dan kemitraan dengan sektor swasta/LSM. situs slot 5k

Penutup

Prevalensi stunting di Kabupaten Polewali Mandar pada 2024–2025 mencerminkan kemajuan yang dicapai sekaligus tantangan yang masih harus dilampaui. Penurunan angka stunting memerlukan komitmen berkelanjutan, kolaborasi lintas sektor, dan intervensi yang terfokus pada akar masalah: gizi ibu dan anak, sanitasi, serta determinan sosial-ekonomi. Dengan pendekatan yang terpadu, berbasis data, dan sensitif terhadap konteks lokal, Polewali Mandar berpeluang besar mencapai target penurunan stunting dan mewujudkan generasi yang lebih sehat dan produktif.